Menilik Sejarah dan Fakta di Balik Perayaan Hari Raya Nyepi di Bali

Peringatan Hari Raya Nyepi memiliki makna besar bagi masyarakat Bali. Tak cuma peringatan keagamaan, perayaan ini syarat akan nilai-nilai kehidupan yang menarik sekali untuk kita ulas lebih lanjut.

Menilik Sejarah dan Fakta di Balik Perayaan Hari Raya Nyepi di Bali
Photo by Raimond Klavins / Unsplash

Peringatan Hari Raya Nyepi memiliki makna besar bagi masyarakat Bali. Tak cuma peringatan keagamaan, perayaan ini syarat akan nilai-nilai kehidupan yang menarik sekali untuk kita ulas lebih lanjut.

Mayoritas masyarakat Bali adalah penganut agama Hindu. Setiap tahunnya, mereka merayakan hari besar keagamaan yang terkenal dengan Hari Raya Nyepi. Nyepi berlangsung pada awal tahun berdasarkan perhitungan kalender Caka.

Perhitungan kalender ini berdasarkan hitungan Tilem Kesanga (IX), dan dianggap sebagai hari penyucian para dewa di pusat samudera yang kemudian melahirkan intisari amerta air hidup.

Kata Nyepi berasal dari kata sepi yang artinya adalah sunyi atau senyap. Secara utuh, artinya adalah perayaan tahun baru Caka, hari keagamaan masyarakat pemeluk agama Hindu pulau Bali.

Perayaan ini syarat akan nilai kehidupan yang berkaitan dengan refleksi diri. Nilai dalam perayaan Nyepi tak cuma relevan terhadap masyarakat Hindu, namun juga kepada manusia lain secara universal.

Sejauh ini, tak banyak masyarakat tahu apa itu perayaan Nyepi begitu pula dengan nilai-nilai luhur di baliknya.

Redaksi ini bertujuan mengulas secara rinci apa saja nilai sejarah, juga fakta unik dari perayaan Hari Raya Nyepi masyarakat Hindu pulau Bali. Mari kita simak bersama-sama.

Isi Artikel

  1. Sejarah Hari Raya Nyepi
  2. Tata Cara Perayaan Hari Raya Nyepi
  3. Rangkaian Perayaan Hari Raya Nyepi
  4. Kesimpulan

Sejarah Hari Raya Nyepi

Tahukah Anda bagaimana sejarah Hari Raya Nyepi? Nyepi tercipta berdasarkan suatu kisah dalam kitab suci Weda. Kisah ini menceritakan negeri India dan wilayah sekitarnya yang mengalami krisis dan konflik sosial.

Konflik ini telah menyulut pertikaian antar kelompok suku beragama sehingga menyebabkan tidak stabilnya kehidupan. Setelah konflik berkepanjangan, suku Caka dalam kepemimpinan Kanishka muncul sebagai pemenang.

Kanishka kemudian dinobatkan menjadi raja dengan nama Raja Kaniska 1 dan turunan Caka, tepat pada tanggal 1 caitramasa tahun 01 Caka bulan Maret tahun 78 Masehi.

Selama kepemimpinan Raja Kaniska 1, suku yang sebelumnya terlibat konflik berhasil bersatu kembali. Untuk hari bahagian ini, maka terciptalah Hari Suci Nyepi sebagai titik awal penataan ulang masyarakat agama Hindu.

Hari Suci Nyepi memiliki tujuan utama untuk memohon kepada Tuhan Yang Maha Esa supaya menyucikan Bhuana Alit, dan Bhuana Agung, alam manusia dan alam semesta.

Tata Cara Perayaan Hari Raya Nyepi

Masyarakat Bali merayakan Hari Raya Nyepi selama 24 jam, dari pukul 06.00 WITA sampai keesokan harinya. Selama rentang waktu ini, tidak ada aktivitas atau kesibukan di luar ruangan.

Dalam 24 jam, masyarakat Hindu akan merenung dan menyepi, memberikan kesempatan kepada diri masing-masing untuk melakukan refleksi atau penyembuhan.

Inti dari Hari Raya Nyepi adalah menyucikan diri, menjauh dari kebisingan untuk mendapatkan kembali jernihnya pikiran. Berdiam di rumah masing-masing, melaksanakan sembahyang dan meditasi.

Hari ini menjadi momen sakral bagi masyarakat Hindu, tidak melaksanakan kegiatan di luar dengan maksud mengekang hawa nafsu selama satu hari satu malam. Tradisi keagamaan ini juga berlaku bagi wisatawan yang datang ke Bali, lho!

Bagi mereka, Nyepi punya makna yang unik. Bahkan tak jarang wisatawan sengaja datang ke Bali untuk merasakan langsung bagaimana perayaan Hari Raya Nyepi.

Pada saat Nyepi, seluruh masyarakat di Bali termasuk wisatawan sekalipun harus melaksanakan Catur Brata Penyepian, atau empat pantangan dalam perayaan Nyepi. Empat pantangan ini adalah :

  • Amati Karya; larangan untuk melakukan pekerjaan fisik. Masyarakat hanya boleh berdiam diri untuk menyucikan rohani.
  • Amati Geni; larangan untuk menyalakan api atau menghidupkan lampu. Makna lain larangan ini adalah tidak boleh menunjukkan hawa nafsu.
  • Amati Lelanguan; larangan menikmati kesenangan, dan
  • Amati Lelungaan; tidak melakukan perjalanan atau bepergian keluar rumah.

Rangkaian Perayaan Hari Raya Nyepi

Sebelum perayaan puncak Hari Raya Nyepi, ada beberapa proses upacara keagamaan yang berlangsung. Diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Upacara Melasti

Upacara Melasti berlangsung selama 2-3 hari sebelum puncak Nyepi. Melasti, Melis atau Mekiyis punya makna sakral. Tujuan utamanya adalah membersihkan diri dari segala bentuk kotoran jasmani maupun rohani.

Pada pelaksanaan Melasti, dibutuhkan pratima, arca, jempana dan barong sebagai simbolis stana Ida Sang Hyang Widhi.

Peralatan ini diarak menuju sumber air dengan maksud memohon tirta amerta atau air suci kehidupan. Biasanya upacara Melasti berlangsung di Pantai Sanur, Pantai Klotok, dan Pantai Candidasa.

Setelah proses Melasti selesai, semua peralatan tadi dilinggihkan atau dibawa ke pura Bale Agung untuk memberkati siapa saja yang turut serta dalam upacara berikutnya, Tawur Kesanga.

2. Tawur Kesanga

Prosesi upacara yang kedua terkenal dengan nama Tawur Kesanga atau Pengerupukan. Upacara ini bertepatan pada Tilem Sasih Kesanga, satu hari sebelum puncak Hari Raya Nyepi.

Pada hari ini, setiap rumah warga akan menggelar tawur atau pecaruan dalam skala kecil. Perangkat desa pun turut menggelar tawur dengan skala lebih besar, biasanya pada persimpangan jalan desa atau Catus Pata.

Upacara Tawur Kesanga memiliki arti persembahan kepada Bhuta Kala supaya mereka tidak menghalangi kehidupan masyarakat. Harapannya, tercipta suatu masyarakat yang harmonis, hidup saling berdampingan satu sama lain.

Makna lain dari kata Tawur adalah mengembalikan. Maksudnya adalah mengembalikan segala sesuatu yang telah digunakan oleh manusia dengan memberikan persembahan Tawur Kesanga.

Pawai ogoh-ogoh yang begitu meriah akan diadakan pada hari ini. Biasanya setiap banjar di Bali akan membuat ogoh-ogoh untuk diarak keliling desa.

ogoh ogoh di bali
Ogoh-ogoh saat Nyepi

3. Puncak Hari Raya Nyepi

Setelah rangkaian upacara Melasti dan Tawur Kesanga, maka tibalah pada puncak perayaan Hari Raya Nyepi. Puncak perayaan Nyepi jatuh pada penanggal apisan sasih kedasa, atau tanggal 1 bulan kesepuluh tahun Caka.

Puncak Nyepi adalah waktunya untuk melaksanakan Catur Brata Penyepian, sambil meditasi dalam keheningan dengan maksud bersuci kembali.

4. Ngembak Geni

Panjangnya prosesi perayaan Nyepi berakhir dengan upacara Ngembak Geni. Pada hari ini, masyarakat melakukan Dharma Shanti, saling berkunjung ke rumah kerabat untuk bersilaturahmi, saling meNgembak Genimaafkan.

Kesimpulan

Secara keseluruhan, proses perayaan Hari Raya Nyepi bisa kita maknai sebagai proses untuk menyeimbangkan alam dengan cara menyucikan manusia. Manusia melaksanakan berbagai upacara, juga mengerjakan Catur Brata Penyepian dengan maksud membuang semua hal-hal buruk dan kembali suci.

Kemudian bersiap menyambut tahun baru dengan versi diri yang lebih baik. Nilai-nilai luhur inilah yang sepatutnya kita resapi dari perayaan Hari Raya Nyepi.

Jika kita perhatikan, makna dan tujuan dari Nyepi ini relevan sekali dengan kehidupan sosial masa kini. Melestarikan alam adalah kewajiban umat manusia untuk menjaga keseimbangan ekosistem.

Catur Brata Penyepian, empat larangan pada Hari Raya Nyepi dapat kita maknai lebih luas. Sebagai larangan untuk berbuat buruk. Bukankah perilaku yang buruk akhirnya membuat diri sendiri sengsara?

Pada prinsipnya, perayaan Hari Raya Nyepi adalah momen ketika panca indera manusia kalah oleh kekuatan manah dan budi. Meredam hawa nafsu untuk menumbuhkan kebahagian yang sifatnya dinamis.